27.10.10

Makna Perayaan Kathina

Di berbagai negara Buddhis biasanya perayaan Kathina atau Kathina Puja dilaksanakan dengan sangat meriah dan bahkan paling meriah dibandingkan berbagai Hari Besar Agama Buddha lainnya seperti Magha Puja, Waisaka Puja maupun Asadha Puja. Perbedaan ini disebabkan karena adanya makna khusus dan khas dalam perayaan Kathina tersebut.
Salah satu kekhususan yang terdapat dalam Kathina Puja tersebut adalah bahwa pada hari-hari besar Agama Buddha yang lain para umat serta simpatisan Buddhis biasanya datang ke vihara untuk berperanserta secara pasif dalam kegiatan yang diadakan waktu itu. Pengertian berperan serta secara pasif ini adalah bahwa para umat seusai melaksanakan Puja Bakti kemudian biasanya mereka segera kembali ke rumah masing-masing. Berbeda ketika mengikuti Perayaan Kathina, seluruh umat maupun simpatisan Buddhis sejak jaman Sang Buddha masih hidup akan berperan aktif dalam perayaan ini. Mereka berperan aktif dengan mempersembahkan dana berupa empat kebutuhan pokok para bhikkhu. Keempat kebutuhan pokok ini adalah kebutuhan bhikkhu akan makanan, jubah, tempat tinggal serta obat-obatan.
Oleh karena itu, dalam mengikuti perayaan Kathina di manapun juga, para umat dan simpatisan Buddhis bahkan para bhikkhu sekalipun hendaknya dapat merenungkan beberapa hal di bawah ini, yaitu:
  1. Para umat Buddha dalam menyambut perayaan Kathina biasanya sejak beberapa waktu sebelumnya mereka telah mempersiapkan diri untuk memberikan persembahan Kathina. Bahkan pernah dijumpai seorang anak Sekolah Dasar yang sejak beberapa bulan sebelumnya menyisihkan sebagian dari uang saku sekolahnya untuk ditabung. Setelah tiba masa Kathina, maka anak tersebut membuka tabungannya dan seluruh hasilnya dipergunakan untuk mengadakan seperangkat jubah bhikkhu serta dipersembahkannya kepada Sangha dalam perayaan Kathina di salah satu vihara terdekat.
    Tentu saja niat baik untuk menyediakan persembahan Kathina yang telah dipupuk dalam waktu yang cukup lama ini akan memberikan kondisi kepada anak tersebut untuk menimbun banyak karma baik yang pada waktunya nanti pastilah akan memberikan kebahagiaan sesuai dengan yang diharapkannya.
  2. Ketika seorang umat atau simpatisan Buddhis menghadiri Perayaan Kathina maka bila Perayaan Kathina itu dihadiri lebih dari satu bhikkhu, atau bahkan dihadiri oleh Sangha yaitu para bhikkhu yang berjumlah empat, lima atau lebih maka pada saat mempersembahkan Dana Kathina tersebut ia memiliki sedikit kemungkinan untuk memilih mempersembahkan dananya kepada bhikkhu yang mungkin dia sukai. Dengan demikian, pada saat mempersembahkan Dana Kathina sesungguhnya para umat dan simpatisan Buddhis sudah mulai dilatih untuk rela mempersembahkan dana kepada bhikkhu siapapun juga tanpa harus memilih. Para umat bahkan mungkin saja memberikan dananya kepada bhikkhu yang sama sekali belum dikenalnya. Dengan demikian, mengikuti Perayaan Kathina secara aktif ini dimaksudkan adalah sebagai latihan melepaskan atau merelakan yang sikap batin ini dapat dijadikan dasar mencapai kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kebahagiaan yang bisa diperoleh ini adalah bahwa hendaknya apabila seseorang melakukan perbuatan baik adalah demi perbuatan baik atau kebajikan itu sendiri bukan demi pribadi seseorang yang kita sukai atau dengan maksud-maksud yang lain.
  3. Persembahan Dana Kathina juga bisa mempunyai makna sebagai latihan meningkatkan kesadaran para umat dan simpatisan Buddhis akan manfaat keberadaan para bhikkhu. Para bhikkhu yang tergabung dalam Sangha adalah merupakan kumpulan para pertapa yang berusaha melaksanakan Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari mereka agar mencapai tingkat batin tertinggi. Selain mempraktekkan Buddha Dhamma, para bhikkhu dalam kehidupannya juga diisi dengan membabarkan Buddha Dhamma ke berbagai tempat dengan tujuan agar dapat membahagiakan semua mahluk. Oleh karena itu, dengan mempersembahkan Dana Kathina umat akan mendapatkan kondisi untuk mendukung kelestarian Sangha yang tentu saja mempunyai pengaruh langsung yang positif untuk kelestarian Buddha Dhamma pula.
  4. Perenungan makna Dana Kathina ini bukan hanya berlaku untuk para umat dan simpatisan Buddhis saja melainkan juga untuk para bhikkhu. Para bhikkhu sesuai dengan peraturan yang telah diturunkan oleh Sang Buddha adalah merupakan para pertapa yang tidak mempunyai penghasilan ataupun menerima gaji dari lembaga manapun juga. Oleh karena itu, kehidupan para bhikkhu sepenuhnya tergantung pada kebajikan para umat dan simpatisan Buddhis. Pemenuhan empat kebutuhan pokok hidup bhikkhu juga diperoleh dari umat. Padahal, pernah disebutkan dalam salah satu hasil penyelidikan ilmiah, bahwa karena adanya proses regenerasi sel yang terus menerus terjadi dalam tubuh manusia maka seluruh sel tubuh manusia dalam waktu tujuh tahun semuanya akan berganti.
  5. Dengan demikian, apabila para bhikkhu telah menjalani kebhikkhuan lebih dari tujuh tahun, sesungguhnya seluruh sel tubuhnya telah diperoleh dari hasil kebajikan dan keyakinan para umat serta simpatisan Buddhis di manapun mereka berada. Kalau hal ini direnungkan, maka tentunya akan hilanglah kesombongan yang mungkin masih tersisa dalam batin para bhikkhu. Para bhikkhu hendaknya bisa menyadari bahwa ia tidak akan hidup tanpa umat. Padahal, sering dijumpai para umat membantu kehidupan para bhikkhu yang dijumpainya tanpa harus mengenalnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, walaupun pengertian ini hendaknya tidak menjadikan bhikkhu sebagai 'pesuruh' umat, namun hendaknya para bhikkhu kemudian merenungkan, kebajikan apakah yang bisa dijadikan sebagai 'balas jasa' kebajikan para umat dan simpatisan Buddhis tersebut?
Dengan perenungan ini, maka hendaknya para bhikkhu dapat lebih meningkatkan pelaksanaan Buddha Dhamma dalam kehidupannya dengan lebih tekun dan bersemangat menjalankan kemoralan serta melatih meditasi. Dengan demikian, para bhikkhu akan dapat memberikan manfaat yang besar untuk para umat yang telah mendukung kehidupannya. Para bhikkhu benar-benar akan menjadi ladang yang subur untuk kebajikan mereka. Dan, tentu saja, dengan demikian para bhikkhu tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan baik untuk melatih diri agar lebih baik dan terus bertambah baik sehingga mencapai tingkat tertinggi yaitu kesucian atau Nibbana dalam kehidupan ini juga.
Demikianlah, paling tidak terdapat empat hal yang bisa dan pantas direnungkan dalam masa Kathina ini.
Semoga kita semua tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan Kathina ini untuk secara aktif mengembangkan kebajikan dan meningkatkan kualitas batin kita masing-masing.
Semoga kita semua berbahagia.
Selamat Kathina.
Semoga semua mahluk berbahagia.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata

BY Bhante Utamo 

9.10.10

Master Cheng Yan Bercerita : Pangeran Kunala yang Baik Hati

undefined
Setelah Buddha meninggal, ada seorang raja bernama Usika.
Dia adalah seorang raja yang sangat baik dan pemerintahannya juga baik. 
Raja Usika mempunyai seorang anak laki-laki yang mempunyai mata seindah mata kunala, burung di India yang terkenal karena keindahan matanya. Karena sang raja menyukai burung itu, dia menamai putranya Kunala. Ketika Pangeran Kunala bertumbuh dewasa, dia sangatlah tampan. Tindak tanduknya sopan dan dia sangatlah baik hati.
Raja Usika adalah seorang Buddhis yang taat. Suatu hari, sang raja membawa putranya ke kuil, dan menanyakan kepada seorang biksu bernana Yasa tentang ajaran-ajaran Sang Buddha. Yasa melihat ke arah Pangeran Kunala dan berkata, "Kehidupan manusia tiada kekal." "Jasmani melalui proses lahir, tua, sakit dan mati, dan kehidupan manusia dipenuhi oleh hal-hal yang kotor. Siapa yang dapat memiliki ketampanan masa muda untuk selamanya? Semuanya adalah ilusi. Sama halnya dengan mata sang pangeran, meskipun tampaknya indah, mereka sebenarnya penuh dengan kotoran dan sumber dari masalah."
Si pangeran sangat heran. Setiap orang selalu memuji dirinya karena matanya yang indah, tetapi mengapa biksu tersebut menyebut matanya sebagai hal yang kotor dan menjadi sumber masalah? Kata-kata ini selalu terngiang-ngiang di benaknya.
Ada banyak selir di istana raja. Salah seorang selir sangat tertarik dengan ketampanan Kunala. Ketika dia melihat Kunala sedang duduk seorang diri di taman suatu hari, dia mendekat dan mencoba merayu Kunala. Tetapi sang pangeran adalah seorang yang lurus dan tidak setuju dengan tingkah laku demikian. Dia menarik diri dan membebaskan dirinya dari perhatian berlebihan yang diberikan.
Suatu ketika, pangeran muda telah cukup dewasa untuk menikah. Raja Usika mencarikan jodoh yang pantas untuknya dan menikahkan keduanya. Ketika selir tersebut melihat pangeran idamannya menikah dengan orang lain, dia menjadi sangat cemburu dan cintanya berubah menjadi benci.
Tidak lama setelah pernikahan, sang raja sakit dan si selir merawatnya sampai sembuh. Raja berterima kasih atas perawatan tersebut dan berkata, "Karena engkau telah merawat diriku untuk waktu yang lama, saya akan memberikan apapun yang kau minta."
Si selir berkata, "Aku hanya ingin memerintah negara ini selama tujuh hari saja."
Sang raja berpikir, "Karena aku telah berjanji, aku harus menepatinya." Selain itu, hanya untuk tujuh hari saja, maka permintaan itupun dikabulkan.
Ketika si selir berada di tampuk singgasana, dia menulis surat yang berisikan cinta dan benci sekaligus dan mengirimnya untuk Pangeran Kunala. Dia menulis bahwa kemarahannya hanya dapat mereda apabila dia tidak akan pernah melihat mata sang pangeran lagi. Sekarang sang pangeran akhirnya mengerti apa yang biksu Yasa maksud, tetapi segalanya telah terlambat. Kata-kata dari si selir adalah seperti perintah dari raja, dan harus dipatuhi.
Kunala dengan berat hati mengorek keluar salah satu biji matanya dan memegangnya di telapak tangannya. "Ternyata sangat menjijikan," dia tiba-tiba menyadarinya. "Mengapa benda yang sekotor ini dipuji-puji oleh banyak orang dan mendatangkan begitu banyak masalah? Karena yang diinginkan adalah kedua bola mataku, aku akan mengorek keluar yang satu lagi." Ketika kedua bola matanya dikeluarkan, segala sesuatu diliputi oleh kegelapan total, tetapi batinnya dipenuhi oleh cahaya terang. Dia merasakan damai yang datang dari pencerahan spiritual.
Ketika istri sang pangeran mendengar berita tersebut, dia lari ke Pangeran yang sekarang buta itu dan mulai menanggis dengan sedih. Tetapi sang pangeran dengan tenang menghibur dengan ajaran-ajaran Sang Buddha. "Kehidupan manusia tidak kekal, jadi tidak perlu memendam benci atau risau, karena benci dan risau adalah musuh terbesarmu."
Pada ketika itu, seorang pengawal memeringatkan sang pangeran, "Yang Mulia, apabila Anda masih tinggal di istana ini, saya khawatir akan membahayakan nyawa Anda." Sang Pangeran tentu sudah tahu tentang hal ini, dan karena tidak ingin si selir untuk terus berbuat karma buruk lebih jauh lagi, dia dan istrinya pergi meninggalkan istana. Mereka belajar memainkan seruling dan menyanyi, dan mereka mengembara dari kota ke kota, membawakan pertunjukan musik di jalan-jalan. Rakyat akan melempar beberapa koin uang untuk mereka, dengan begitu, Pangeran dan istrinya dapat membeli makanan bagi diri mereka.
Beberapa tahun kemudian, mereka tanpa sengaja kembali ke ibukota. Suatu hari, mereka sampai di suatu jalan di pinggir istana dan mulai menyanyi. Ketika Raja Usika mendengar lagu yang merdu tapi sedih itu, dia teringat kepada putranya, yang tiba-tiba lenyap beberapa tahun sebelumnya. Dia memerintahkan pengawalnya untuk mengundang masuk ke istana pemain musik tersebut.
Ketika melihat pemain seruling, dia menyadari bahwa memang betul pemain seruling itu adalah putranya yang dipikirkannya setiap hari dan malam. Ketika dia melihat bagaimana Pangeran Kunala telah jatuh dari kehidupan istana dan sekarang hanyalah seorang pemain seruling buta yang menghibur di jalan-jalan untuk mendapatkan sesuap makanan, sang raja sangat terenyuh. Dia bertanya kepada sang pangeran, "Siapa yang melakukan hal ini kepadamu? Siapa yang membuatmu kehilangan penglihatan?" Tetapi Kunala menolak untuk membicarakan hal tersebut. Dia hanya memberitahu ayahnya tentang kebenaran yang dia pelajari, dan berharap ayahnya akan reda amarahnya.
Akhirnya, para menteri dan pengawal tidak dapat menahan diri lagi dan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi kepada sang raja. Dia marah sekali dan ingin menghukum mati si selir, tapi sang pangeran membujuk ayahnya untuk memaafkan selir tersebut.
Sang raja tersentuh oleh cinta kasih Pangeran Kunala dan membebaskan selir muda itu. Tetapi, karena hati nuraninya sendiri, selir tersebut sangat malu pada dirinya sendiri dan bunuh diri. Karena cinta yang tak murni, dia telah membuat masalah dan benci, melukai orang lain dan membawa petaka bagi diri sendiri.
----------------------------------------------------------
Pesan Master Cheng Yen:
Kalau saja cinta dapat murni dan jernih dan dapat menghidupi semua makhluk seperti air bersih, itu akan sangat baik. Saya sering mengingkatkan bahwa kita harus menjaga batin kita agar cinta kasih universal dapat berkembang penuh. Kita harus berhati-hati menjaga batin kita tidak ternoda dengan nafsu kotor.

8.10.10

Activity

Persaudaraan muda-mudi vihara sasana (PMVSD) didirikan pada tgl 01 januari 1986.
dan vihara tersebut juga strategis, tempatnya di kota kecil meral, dan kebanyakan pengunjung umat dan pelajar di tanjung balai karimun.

Acra rutin Vihara tersebut sbb;
1. Kebhaktian SMP,SMA/SMK UMUM waktu: Setiap hari kamis jam 19:00wib~Selesai
2. Kebhaktian 1&15 Lunar waktu: jam 19:00wib~Selesai
3. Kebhaktian SD waktu: Setiap hari sabtu jam 17:00~Selesai
4. Kebhaktian Pembacaan Sutta Ksitigarbha ( Di zang jing ) waktu: jam 19:00wib~Selesai
5. Sekolah Minggu SD,SMP,SMA/SMK waktu: jam 9 wib, 12 wib dan 1 wib
6. Kebhaktian FANG SHEN (melepaskan makhluk hidup) pada setiap bulan minggu 1,jam 8 wib.